Wabah Antraks Jelang Idul Adha
Wabah Antraks – Antraks menjadi salah satu penyakit menular mematikan dan menjelma menjadi ancaman bagi kesehatan secara serius. Tidak hanya di Indonesia saja, tetapi di dunia. Menurut WHO (World Healt Organization), Antraks jika dilihat dari keganasan bakteri Bacillus anthracis sama ganasnya dengan virus ebola.
Penyakit ini memiliki sifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Infeksi bisa terjadi jika ada kontak antara manusia dengan hewan maupun dengan benda dan lingkungan yang sudah tercemar oleh bakteri antraks. Virus ini menguar ke udara dan siap menginvasi pada skala yang cukup luas dan masuk ke tubuh inang hewan maupun manusia.
Wabah antraks ini membuat kerugian bagi para peternak. Akibatnya adalah, konsumen sulit percaya pada hewan ternak peliharaannya pasca wabah antraks itu berlalu dan bisa mengakibatkan harga jual ternak merosot secara drastis hingga setengah harga.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Kesehatan pada 10 tahun terakhir, untuk manusia saja ada 313 jiwa kasus dan kematian yang diakibatkan oleh antraks. Sedangnkan pada hewan mencapai 371 ekor. Lebih lanjut berdasarkan data yang dhihimpun dari Tirto.id, kerugian yang dialami negara karena wabah antraks ini ditaksir menyentuh angka sebesar Rp2 miliar.
Dikutip dari detikhealt, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa, mengatakan bahwa antraks menjadi penyakit yang paling dikhawatirkan terjadi pada hewan kurban. Karenanya pemerintah akan melakukan pemeriksaan ketat terkait kesehatan ternak.
Menjelang Hari Raya Idul Adha atau kita biasa menyebutnya Hari Raya Kurba, persebaran dan kebutuhan akan hewan ternak seperti Kambing, Sapi, atau Kerbau angkanya semakin meningkat. Kita bisa lihat bagaimana persebaran itu terjadi secara cepat di pelosok-pelosok daerah yang ada di Indonesia.
Perlu ada kewaspadaan sejak dini bagi kita untuk bisa memastikan hewan tersebut memang sehat baik secara fisik maupun sehat secara keseluruhan. Dan secara sadar untuk mengenali bagaimana gejala awal dari wabah tersebut begitupun agar segera melaporkan kepada pihak yang berwenang seperti melapor kepada Dinas Kesehatan di daerah sekitar.
Ini tentu menjadi tantangan yang cukup berat bagi berbagai pihak, ada beberapa faktor yang membuat antraks ini sulit hilang dari Indonesia. Faktor yang pertama adalah faktor panjangnya umur hidup dari bakteri yang ada di virus antraks dan melihat kondisi lingkungan yang memang mendukung daya tahan spora.
Faktor kedua adalah masih rendahnya pengetahuan dari peternak dalam mengenali dan melaporkan dugaan kasus antraks kepada unit kesehatan hewan setempat. Kebiasaan yang biasanya terjadi adalah peternak menyembelih dan menjual daging dari ternak yang sakit.
Justru ini menjadi satu hal yang keliru, darah yang keluar dari tubuh hewan yang terjangkit dapat menjadi sumber utama pencemaran spora pada tanah. Karena tidak dilaporkan, maka tak ada upaya untuk pembasmian bakteri dan spora tersebut.
Ketiga, masih rendahnya cakupan vaksinasi karena kombinasi faktor pertama dan masih belum optimalnya unit pelayanan kesehatan heewan di daerah yang melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit hewat.
Dan faktor terakhir diakibatkan oleh masih belum terdatanya hewan yang memiliki identitas. Idealnya, hewan ternak memiliki informasi yang melekat berupa asal hewan hingga riwayat distribusinya. Kebanyakan peternak tidak melapor hewan ternaknya kepada Dinas Pertanian dan Pangan setempat saat sudah dijual atau berpindah alur distribusinya.
Penting memang melakukan langkah-langkah agar wabah ini tidak menyebar apalagi saat ini sudah menjelang hari raya kurban. Dimana persebaran hewan sangat begitu cepat distribusinya.
Baca artikel lainnya di peternak.net
Sumber: Google
Axact

BAJA RINGAN

Sebuah sistem rangka atap baja ringan berteknologi tinggi hasil pengembangan teknologi industri konstruksi yang tak berkesudahan dengan jaminan kekuatan dan kelayakan struktur yang sesuai dengan standar-standar keamanan konstruksi yang ada.

Post A Comment:

0 comments: