Riuh Ayam Impor Brazil – Riuh tentang ayam impor Brazil yang sampai melaporkan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang alur masuk daging ayam ke Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2017. Laporan Brazil terhadap Indonesia terkait impor daging ayam ini adalah tindak lanjut dari kesulitannya langkah negeri samba ini untuk memasukkan daging ayam ke wilayah Indonesia. Brazil menganggapm syarat-syarat yang diberikan Indonesia terkait daging ayam dianggap mempersulit kegiatan impor mereka ke negara lain.
Brazil yang dikenal dengan negara terbesar kedua untuk impor daging ayam ini tentu memiliki peternak ayam yang cukup banyak di negaranya. Wajar saja jika mereka menganggap bahwa ketentuan yang ada di Indonesia ini dianggap menghambat proses ekonomi di negara mereka. Selain angka peternakan ayam disana yang tinggi, Brazil juga merupakan salah satu negara dengan konsumsi daging ayam dan sapi tertinggi secara perkapita di dunia.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Katadata.co.id, yang mengutip data dari Asosiasi Protein Hewani Brasil (ABPA), Konsumsi daging ayam per kapita di Brasil mencapai 43,3 kilogram pada 2015. Bandingkan dengan di Indonesia yang baru mencapai 5,68 kilogram per kapita pada 2017.
Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Meskipun tingkat konsumsi domestik yang tinggi, sekitar sepertiga dari produksi nasional diekspor ke sekitar 150 negara, di semua benua, dengan pendapatan ekspor mencapai US $ 7,2 miliar dolar pada tahun 2015. Antara tahun 1990 dan 2015, ekspor telah meningkat pada tingkat rata-rata yang mengesankan 11,7 persen per tahun, seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 1. Hari ini Brasil menempati urutan pertama dalam ekspor global, dengan pangsa pasar sekitar 40 persen. Ini berarti bahwa untuk setiap 11 kg daging ayam yang diperdagangkan secara internasional, sekitar 4 kg berasal dari negara tersebut.
Brasil adalah salah satu eksportir daging ayam terbesar di dunia selain Amerika Serikat dan Tiongkok. Data FAO, Brasil menguasai hampir 40% dari pangsa pasar daging ayam dunia. “Artinya, dari 11 kilogram daging ayam di pasar dunia, sekitar 4 kilogram berasal dari Brasil,” demikian dikutip dari riset FAO yang berjudul Contract Farming in the Brazilian Chicken Industry.
Pertumbuhan industri ayam telah menghasilkan manfaat penting bagi perekonomian Brasil. Sektor ini melibatkan sekitar 180.000 petani, menghasilkan sekitar 3,5 juta pekerjaan di sepanjang rantai, menempati 5 persen dari total tenaga kerja, dan merespons sekitar 1,5 persen dari produk domestik bruto agribisnis.
Daya saing yang kuat dari industri ayam Brasil didorong oleh banyak faktor, yang utamanya adalah kemajuan efisiensi teknis yang dicapai di semua segmen rantai dan, yang terpenting, mekanisme tata kelola rantai efisien yang mendominasi dalam sektor ini. Melalui kombinasi genetika yang efisien, nutrisi dan manajemen, dalam sekitar 40 tahun sektor ini telah berhasil mengurangi siklus pertumbuhan dari 49 hari menjadi sekitar 40 hari dan rasio konversi pakan dari 2,15kg / kg menjadi 1,7kg / kg. Ini telah memungkinkan pengurangan besar dalam biaya produksi. Sebaliknya, tata kelola rantai dicapai dengan penggunaan kontrak yang terkoordinasi erat (pertanian kontrak, CF) antara petani dan industri pengolahan: sekitar 75 persen dari semua ayam yang ditanam di Brasil diproduksi di bawah jenis kontrak ini. Koordinasi antara produksi, pemrosesan dan distribusi dengan demikian dioptimalkan, menghasilkan efisiensi biaya lebih lanjut di sektor ini.
Bagaimana dengan Kondisi Peternakan Indonesia?
Kondisi .an di Indonesia menurut beberapa data yang disadur terutama dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa setiap tahunnya mengalami kondisi yang tidak stabil. Berdasarkan laporan BPS tentang kondisi peternakan menyebutkan bahwa kegiatan peternakan setiap tahunnya mengalami penurunan.
Meskipun data berdasarkan kegiatan ternak menurun, angka untuk ternak ayam situ sendiri cenderung naik. Kenaikan ini diakibatkan tingginya pola konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging ayam.
Bagaimana dengan Peternak Lokal?
Masuknya ayam impor Brazil dan menangnya gugatan terhadap Indonesia membuat keadaan peternak ayam lokal riuh. Bagi para peternak, ayam impor dari Brazil akan memengaruhi ayam lokal yang beredar dipasaran. Meskipun ayam yang diproduksi dalam bentuk beku, tetap saja para petani merasa khawatir karena akan mengganggu dan membuat harga ayam lokal di pasar modern maupun tradisional jatuh. Ayam beku yang berasal dari Brazil tentu akan merembet ke pasar tradisional.
Peternak ayam di Indonesia memiliki karakteristik menjual ayam hidup dan segar di pasar tradisional. Nasib para peternak di Indonesia? Dengan memanfaatkan masih banyaknya masyarakat yang ingin membeli ayam yang segar atau baru saja dipotong, tentu peternak harus melihat ini sebagai peluang. Peluang ini bisa mereka manfaatkan dengan meningkatkan kualitas ayam, meningkatkan kualitas pakan dan perawatan ayam, serta mulai beralih pada jenis kandang yang modern.
Peran Pemerintah
Pemerintah Indonesia, dalam hal ini berperan sebagai regulator yang akan menjaga nafas dan asa dari para peternak ayam yang ada di Indonesia. Ada beberapa cara yang sebenarnya bisa dilakukan pemerintah dalam mempersiapkan diri menghadapi gempuran ayam impor dari Brazil ini.
- Pemerintah harus serius dalam proses sertifikasi halal.
- . Pemerintah harus serius dalam memberikan standar sistem sanitasi
- Memberikan batasan waktu terkait daging beku yang dikirim dari Brazil
- Stabilisasi harga bahan baku pakan ayam seperti Jagung.
- Stabilisasi bibit ayam unggul bagi para petani
Pemerintah dan peternak serta para pengusaha ternak ayam harus bekerjasama dengan baik menghadapi gempuran ayam impor dari Brazil ini. Hal ini penting dilakukan agar tetap menjaga para peternak lokal untuk ayam supaya tetap bisa melakukan pola peternakan dengan baik.
Sumber: Google
Post A Comment:
0 comments: