Peluang Ekspor Domba
Peluang Ekspor Domba – Domba, selain banyak diminati pasar lokal juga sangat potensial untuk diekspor ke sejumlah negara. Setidaknya ada tiga negara Asean yakni Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam yang berminta terhadap domba Indonesia. Bahkan, untuk pasar Negeri Jiran, Malaysia, permintaan ekspornya cukup tinggi.
Ketua Asosiasi Peternak Domba Ekspor Jember, Agus Sholehul Huda mengatakan, Agustus 2018 lalu, dirinya mengekspor domba ke Malaysia sebanyak 3.000 ekor. Ekspor domba tersebut nilainya sekitar 400 ribu dollar ASatau setara dengan Rp 4-5 miliar.
Sukses ekspor ke Negeri Jiran, membuat Agus semakin optimis pasar domba ke mancanegara ke depan makin terbuka. “Ada sejumlah negara lain seperti Brunei dan Singapura juga meminati domba asal Indonesia. Sehingga, peluang ekspor domba ini kian terbuka,” ujarnya.
Agus yang mengelola usaha peternakannya di Jember mengatakan, sesuai rencana akan ekspor domba ke Malaysia pada Februari atau Maret 2020 mendatang sebanyak 1.500 ekor. Domba yang akan diekspor usianya rata-rata 1 tahun dengan bobot 25 kg/ekor. Sesuai ketentuan, domba yang diekspor beratnya minimal 25 kg/ekor.
Agus mengatakan, tahun 2019 ini belum mengekspor domba, karena harga domba lokal saat ini sedang tinggi mencapai Rp 55 ribu-60 ribu/kg berat hidup. Sebelumnya harga domba di tingkat petani Rp 38 ribu-40 ribu/kg. “Kalau untuk ekspor harganya bisa mencapai Rp 80 ribu/kg,” ujarnya.
Menurut Agus, idealnya harga domba di tingkat petani Rp 40-42 ribu/kg. Artinya, kalau harganya rata-rata Rp 40 ribu/kg, peternak bisa untung dan semakin bersemangat untuk memelihara domba. “Peternak tak perlu memelihara domba hingga umur 8-12 bulan dan bisa menjual pada usia 3-4 bulan ke pedagang,” katanya.
Campur Tangan Pemerintah
Meski potensi ekspor domba masih terbuka, namun Agus mengaku kerap terkendala minimnya pasokan dari peternak. Karena itu, ia berharap. pemerintah perlu campur tangan untuk menjaga keberlangsungan pasokan berupa bibit di tingkat peternak supaya mereka lebih bersemangat.
Apalagi Agus melihat, ternak domba ke depan bisa menjadi peluang usaha petani atau masyarakat. Misalnya, di Jember saat ini rata-rata satu keluarga sudah ada yang memelihara domba 2-5 ekor. Namun peternak perlu kepastian harga, minimal Rp 40 ribu/kg. “Kalau di bawah angka tersebut peternak masih rugi, karena harus memberi pakan dan perawatan lainnya hingga 1 tahun,” ujarnya.
Menurut Agus, untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan mancanegara pihaknya sudah melakukan kemitraan dengan sejumlah peternak domba di Jember, Jatim. “Di Jember ini kebanyakan peternakan domba berada di Desa Sumber Baru dan Garahan. Di dua desa tersebut banyak peternak domba karena tersedia pakan hijauan di sekitar Perum Perhutani,” tuturnya.
Untuk pengembangan inti plasmana, Asosiasi Peternak Domba Ekspor Jember juga mengandeng Bank BTN. Melalui dana CSR, Bank BTN banyak memberi kemudahan ke peternak domba di Jember. Salah satunya dengan memberi bantuan domba ke peternak sebanyak 25-30 ekor per kepala keluarga.
Selain mendapat pasokan dari mitra, Agus mengatakan, pihaknya juga mendapat pasokan dari sejumlah peternak domba di Jember dan sekitarnya. Misalnya, dari Bondowoso, Lumajang dan Banyuwangi.
Guna menjaga kualitas domba yang dipelihara, peternak juga melakukan persilangan antara domba ekor gemuk dengan lokal. Ada juga yang melakukan persilangan antara domba merino (wonosobo) dengan domba ekor gemuk.
Anakan domba hasil persilangan tersebut lanjut Agus, mudah dikembangkan. Bahkan, setelah disapih dari indukanya dan masuk ke proses penggemukan hanya butuh waktu 3-4 bulan. “Setelah beratnya 25 kg/ekor, domba tersebut kami jual ke pasar lokal atau mancanegara. Kalau harganya Rp 55 ribu-60 ribu/kg, maka harga per ekor rata-rata sekitar Rp 1,8 juta,” kata Agus.
Sumber: Google
original source : Tabloidsinartani.com
Axact

BAJA RINGAN

Sebuah sistem rangka atap baja ringan berteknologi tinggi hasil pengembangan teknologi industri konstruksi yang tak berkesudahan dengan jaminan kekuatan dan kelayakan struktur yang sesuai dengan standar-standar keamanan konstruksi yang ada.

Post A Comment:

0 comments: